Kamis, 01 April 2010

Sejarah Marga Siregar



Toga Siregar, merupakan keturunan Raja Batak ke empat dengan garis keturunan dari Guru Tatea Bulan, Saribu Raja, dan Raja Lontung.
Toga Siregar bersaudara dengan 6 toga lainnnya dari batak yaitu Toga Sinaga, Toga Situmorang, Toga Pandiangan, Toga Nainggolan, Toga Simatupang, dan Toga Aritonang. Toga Siregar merupakan yang termuda diantara yang lainnya.
Toga Siregar memiliki 4 keturunan laki-laki yaitu Silo, Dongoran, Silali, dan Siagian. Sedangkan marga Sormin dan Ritonga adalah marga yang berasal dari keturunan Toga Siregar, dimana, Sormin dan Baumi dari anak turunan Siregar Silo, dan Ritonga dari anak turunan Siregar Silali. Kampung asli (Hutaberada di pinggir danau toba tepatnya di kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, dimana berdiri "Tugu Siregar" yang dibangun oleh Keturunan Marga Siregar, tetapi karena kondisi alam yang kurang subur banyak anak-anak keturunan marga siregar yang merantau ke daerah lain.


Pada awalnya, Si Raja Lontung bermukim di Desa BANUARAJA yang terletak diperbukitan diatas desa SABULAN, persis dipinggiran Danau Toba, bersebrangan dengan Panguruan di Pulo Samosir. Suatu ketika terjadilah banjir besar yang melanda desa Banuaraja dan Sabulan, sehingga anak keturunan Si Raja Lontung terpaksa mengungsi, yaitu Sinaga dan Pandiangan ke Urat - Samosir, Nainggolan ke Nainggolan - Samosir, Simatupang dan Aritonang ke Pulau Sibandang, dan Siregar ke AEKNALAS - SIGAOL, namun Situmorang hanya sampai di Sabulan. Suatu saat Aritonang memanggil adiknya Siregar dari Aeknalas - Sigaol ke desa Aritonang di MUARA, yang kemudian menetap dan beranak pinak disitu, Selanjutnya dari Desa Aritonang lah marga siregar menyebar kesekitar Muara


Konon pada suatu masa, kemarau panjang melanda Muara yang mengakibatkan gagal panen sehingga sebagian keturunan Marga Siregar berpindah lagi menuju kearah Siborongborong - HUMBANG dan langsung membangun kampung disana yang diberi nama LOBU SIREGAR. Kemudian untuk mencari kehidupan yang lebih baik, dari sini mereka berangkat lagi menjelajah ke arah PANGARIBUAN dan selanjutnya sebagian menuju ke desa SIBATANGKAYU. Setelah bermukim beberapa lama, dari sini mereka berangkat lagi menjelajah ke BUNGABONDAR sampai ke SIPIROK - Tapanuli Selatan.

Mendengar saudara - saudaranya berhasil diperantauan, sebagian sebagian keturunan Marga Siregar yang tadinya masih tinggal di Muara berangkat menuju TARUTUNG - SILINDUNG dan mendirikan kampung yang diberi nama Desa SIMARLALA PANSURNAPITU. Dari desa tersebut mereka menjelajah lagi menuju PANTIS - PAHAE dan beranak pinak disana. Kemudian salah satu keturunan Marga Siregar yang dari Pantis ini menjelajah lagi dan mendirikan kampung di ONANHASANG yang masih disekitar PAHAE. Dari Onanhasang keturunannya merantau lagi dan mendirikan kampung di SIMANGUMBAN dan BULUPAYUNG.

Demikianlah perjalanan panjang perantauan Marga Siregar mulai dari BANUARAJA - SABULAN di Kecamatan Pangururan menyebar sampai kedaerah MUARA, HUMBANG, PANGURURAN, BUNGABONDAR, SIPIROK, PAHAE, SIMANGUMBAN dan BULUPAYUNG. Dalam hal ini, sekalipun ada yang berpindah lagi, namun disetiap perkampungan yang dibuat selalu ada keturunannya yang ditinggalkan disana, berkembang beranak pinak serta memiliki tanah, desa atau "HUTA". Itulah sebabnya kenapa masing - masing keturunan Marga Siregar menhatakan bahwa asal muasalnya adalah dari tempat - tempat tersebut, Namun kini sudah menjadi jelas bagi Toga Siregar dari mana asal muasal aslinya.

Sebagai catatan, ada juga Marga Babiat yang tinggal di Angkola, konon ceritanya mereka ini juga masuk horong Siregar.

Disarikan dari berbagai sumber:
>Ir. Edison Siregar, MM,
>Tumpal Siregar, MBA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar